KABAR BANGGAI – Gedung perpustakaan daerah Kabupaten Banggai yang berdiri megah di jantung kota Luwuk ternyata menyimpan ironi: koleksi bukunya minim, bahkan cenderung kosong.
Hal ini disampaikan oleh pemerhati literasi Banggai, Supriadi Lawani, usai melakukan kunjungan ke perpustakaan tersebut pada Selasa siang.
“Iya, tadi saya berkunjung ke perpustakaan sekitar jam 11 siang. Ruangannya sepi, hanya ada tiga anak SMP dan empat anak SMA. Mereka membaca kamus, mungkin untuk memperdalam kosakata bahasa asing,” ungkap Supriadi.
“Mahasiswa hanya dua orang—satu membaca buku hukum, satunya sedang mengerjakan tugas kuliah.” Terangnya lagi.
Lebih memprihatinkan, menurut Supriadi, adalah kondisi koleksi buku yang sangat minim. “Buku-buku sangat kurang, apalagi bagian kesusastraan—satu rak kosong tanpa buku. Rak lainnya juga masih banyak ruang yang belum terisi,” jelasnya.
Supriadi, yang akrab disapa Budi, berharap pemerintah daerah tidak hanya membangun infrastruktur fisik yang megah, tetapi juga memperhatikan isi dan fungsi dari perpustakaan sebagai pusat literasi masyarakat.
“Harus ada perhatian serius terhadap ketersediaan buku. Bahkan sebaiknya dibuat program kunjungan wajib dari sekolah-sekolah ke perpustakaan agar bisa menggairahkan kembali minat baca anak-anak,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa meskipun sekolah dan kampus memiliki perpustakaan masing-masing, fasilitas dan koleksi buku di sana sangat terbatas. “Yang paling bisa diandalkan sebagai pusat literasi ya perpustakaan daerah ini,” pungkasnya.**