KABAR BANGGAI – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Luwuk menunjukkan keseriusan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan dengan menggelar simulasi akreditasi untuk Klinik Pratama Lapas Luwuk. Rangkaian persiapan ini diawali dengan pelaksanaan workshop Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang sangat krusial dalam upaya pemenuhan standar akreditasi, Sabtu (1/11/25).
Workshop PPI ini diikuti oleh seluruh petugas kesehatan dan beberapa perwakilan petugas Lapas lainnya. Kegiatan ini bertujuan memperbarui pengetahuan dan keterampilan staf dalam menerapkan protokol kebersihan, penggunaan alat pelindung diri (APD), sterilisasi alat, hingga manajemen limbah medis yang sesuai dengan standar keamanan dan kesehatan.
Dokter Rusydiyah Arby, perwakilan tim Lembaga Akreditasi Prima Husada (LAPRIDA), menjelaskan bahwa PPI menjadi fondasi penting. “Kami memulai dengan PPI karena ini adalah indikator utama keselamatan, baik bagi pasien (Warga Binaan) maupun petugas. Dengan penerapan PPI yang ketat, kami meminimalkan risiko penularan penyakit di lingkungan Lapas, yang merupakan lingkungan padat huni,” ujarnya.

Setelah workshop PPI selesai, kegiatan dilanjutkan dengan puncak simulasi akreditasi. Simulasi yang berlangsung di lingkungan klinik Lapas Luwuk ini melibatkan tim internal dan dihadiri oleh tim LAPRIDA terkait sebagai penilai dan pengawas. Fokus utama simulasi adalah mengevaluasi kesesuaian Standar Operasional Prosedur (SOP), kelengkapan dokumen, ketersediaan sarana dan prasarana, serta kompetensi tenaga kesehatan yang melayani.
Kepala Lapas Kelas IIB Luwuk, Muhammas Bahrun, dalam keterangannya menekankan bahwa simulasi ini bukan hanya formalitas, melainkan upaya riil untuk pemenuhan hak kesehatan Warga Binaan. “Dengan diawali workshop PPI, komitmen kami jelas: memberikan pelayanan prima yang aman dan berstandar nasional. Kami berharap hasil simulasi ini akan menjadi peta jalan untuk meraih predikat akreditasi terbaik saat penilaian sesungguhnya,” tambahnya.
Materi simulasi mencakup beberapa aspek krusial, antara lain, tata kelola klinik dalam administrasi dan manajemen fasilitas kesehatan. Kedua, pelayanan medis seperti penanganan kasus, rekam medis, dan kepatuhan terhadap pedoman klinis. Terakhir, peningkatan mutu dan keselamatan pasien (termasuk penerapan hasil PPI) yaitu, Penerapan program keselamatan pasien dan manajemen risiko.
Menanggapi inisiatif ini, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Kakanwil Ditjenpas) Sulawesi Tengah, Bagus Kurniawan, memberikan apresiasi dan penegasan terkait pentingnya akreditasi klinik Lapas.
“Upaya Lapas Luwuk ini patut kita dukung penuh, karena ini adalah wujud nyata komitmen Pemasyarakatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang merupakan hak dasar setiap Warga Binaan,” tegas Bagus Kurniawan.
Simulasi akreditasi ini tidak hanya menjadi tolok ukur kesiapan Lapas Luwuk, tetapi juga menegaskan bahwa peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Lapas adalah bagian integral dari sistem Pemasyarakatan yang humanis dan profesional. Red/Humas-Lplukwuk**
Editor : Imam , Penerbit : Kabarbanggai.Com
Setahun Bekerja,Bergerak – Berdampak






